Selasa, 31 Mei 2011

It's You...

 
Hari ketiga. Dan aku belum hafal nama teman-teman baruku di kelas ini. Jangankan hafal namanya, wajah-wajahnya pun masih terasa asing bagiku. Hanya beberapa anak saja yang aku kenal, itupun karena berasal dari SMP yang sama denganku. Untung saja 'aksesoris' MOS untuk tiap-tiap kelas berbeda, jadi meskipun nggak kenal anaknya tapi paling nggak aku bisa tahu siapa saja yang satu kelas denganku ketika berbaur di lapangan dengan anak-anak dari kelas lain untuk 'ritual' wajib bagi siswa baru (baca : MOS ).

Kegiatan pengenalan lingkungan sekolah a.k.a MOS di sekolahku memang berbeda dari sekolah lain. Kalau di sekolah lain cuma berlangsung selama tiga hari, MOS di sekolahku ini berlangsung selama satu minggu full sepulang sekolah. Kebayang kan gimana capeknya : pagi sampai siang pelajaran biasa, siang sampai sore kegiatan MOS. Belum lagi 'aksesoris' ajaib yang kudu dipakai : karung beras yang telah disulap jadi tas, lengkap dengan sablon gambar dan semboyan yang menjadi ciri khas tiap kelas, topi dari kukusan ( tau kukusan kan? Itu lho peralatan dapur dari bambu berbentuk kerucut yang dulu dipakai nenek-nenek kita untuk masak nasi ) trus di bagian atasnya dihiasi rumbai-rumbai dari rafia dan di kedua sisinya dipasang sayap-sayap dari kertas karton, plus kempong bayi yang dikalungkan di leher, juga rambut dikucir dua ala sizuka-nya nobita.

“Ada yang keberatan kalau tiap minggu iuran seribu rupiah untuk kas kelas?” tanya mbak Anis, kakak kelas yang menjadi salah satu pendamping kelasku selama MOS berlangsung. Terdengar seruan anak-anak yang mengisyaratkan persetujuan.
google picture

“Oke, sepakat ya? Iuran seribu rupiah perminggu untuk kas kelas. Uang yang terkumpul nantinya juga buat kalian sendiri kok. Iuran itu nanti bisa dipakai untuk keperluan kelas.”

“Keberatan mbak,” seisi kelas langsung menoleh ke arah sumber suara. Ternyata si empunya suara adalah seorang cowok yang duduk di barisan paling pojok, nomor dua dari belakang.

“Gimana kalau lima ratus rupiah aja permingunya?” tambah anak itu lagi, diikuti tawa cekikikan dari anak-anak cowok yang juga duduk di barisan pojok.

Kasihan juga ni anak, masa' iuran seribu rupiah perminggu aja nggak mampu, batinku dengan polosnya kala itu.
***
Aku sadar kalau kini
Kita sudah makin menjauh
Sempat aku berpikir ini
Kau yang menginginkannya
Lepas dari pelukku
oh kini aku sadari
ini salahku
tak ingin kuterlambat dan sesali
maafkanlah bila ku selalu
membuatmu marah dan benci padaku
kulakukan itu semua
hanya tuk buatmu bahagia
mungkin ku cuma tak bisa pahami
bagaimana cara tunjukkan maksudku
aku cuma ingin jadi terbaik untukmu
Aku ingin kau tetap di sini bersamaku
Jangan Pergi
Berikan satu kesempatan
Untukku membuktikan
sesungguhnya cintaku

Lagu dari 'tangga' yang dinyanyikan oleh senior ku menjadi penutup acara api unggun yang merupakan puncak acara sekaligus acara penutup kegiatan MOS. Huaaa leganya, sudah terbebas dari instruksi-instruksi aneh dari senior. Jadi ceritanya, salah satu kegiatan dalam MOS adalah mengumpulkan tanda tangan dari “tumenggung-tumenggung” OSIS. Dan tanda tangan itu tidak diperoleh secara cuma-cuma. Mula-mula semua siswa baru berkumpul di lapangan sekolah. Ketika peluit berbunyi barulah menyebar mencari “tumenggung-tumenggung” OSIS yang sudah menempati pos-pos yang ada di tepi lapangan. Untuk mendapatkan tanda tangan harus antre dulu sambil jongkok dan ngenyot kempong kayak bayi. Setelah itu sebagai syarat untuk mendapat tanda tangan kami harus memenuhi permintaan 'yang tidak biasa' dari senior kami itu. Ada yang minta dicariin semut lagi kawin, ngitung jumlah daun pohon beringin, ngitung jumlah pintu yang ada di sekolah, ngitung banyaknya genteng seluruh ruangan di sekolah, nembak kakak kelas, joged di podium, nyanyi lagu balonku ada lima yang huruf vokalnya diganti dengan huruf 'a' semua di tengah lapangan, dan permintaan-permintaan lain yang aneh bin ajaib. Tapi seru juga sih. Hehe.

Dan akhirnya, mulai minggu depan, aku dan siswa-siswa baru lainnya sudah menjadi siswa SMA 1 seutuhnya. Seneng deh, secara SMA 1 adalah SMA favorit dan most wanted di kotaku. Rasanya ada kebanggaan tersendiri bisa bersekolah di SMA 1 ini.

***
“Teman-teman, gimana kalau mulai besok posisi tempat duduknya diubah? Duduknya jangan hanya bergerombol dengan teman-teman yang sudah diakrabi saja. Jadi rencananya kita bikin denah kelas, nah nanti duduknya sesuai dengan denah kelas yang berubah tiap minggunya. Biar kita bisa berbaur dengan teman-teman sekelas. Gimana, setuju?” tanya sang ketua kelas.

“Setujuuuuu.....” ujar anak-anak.

“Oke, mulai besok kita duduknya sesuai dengan denah kelas. Nanti denahnya biar dibuat Dewi, sekretaris kelas.”

“Hey, besok kamu duduk sama aku ya,” kata seorang anak laki-laki -entah siapa namanya-. Maklum aku belum hafal nama semua anak sekelasku.

Aku cuma mengangkat alis, masih belum ngeh dengan apa yang diomongin sama anak laki-laki dihadapanku ini.
google picture

“Kamu Dita kan? Mau ya besok duduk sama aku. Ntar aku bilang deh ke Dewi, pesen biar aku duduknya sama kamu.” cowok di depanku ini masih aja nyrocos.

“Iya deh, terserah kamu aja.” kataku akhirnya, sambil mengingat-ingat siapa nama cowok ini, tapi tidak berhasil. Yang kuingat cuma beberapa hari yang lalu dia angkat tangan menyatakan keberatannya dengan iuran kas kelas, padahal iuarannya kan cuma seribu.
“Sip deh,” kata anak laki-laki itu lagi sambil tersenyum lebar.

Keesokan harinya..........
“Ren, Reno.......” sapaku pada seorang cowok yang duduk di baris paling kanan bangku nomor dua dari belakang.
“Nama kamu Reno kan?” tanyaku pada cowok itu sambil meletakkan tas di bangku dan duduk di kursi sebelah cowok itu. Ternyata namanya Reno. Cowok yang kemarin ngajakin aku duduk bareng. Aku baru tahu namanya 5 menit yang lalu waktu liat denah kelas.

***

I'll never forget the first time I know you,,,even when I know my love just a fantasy

Note: Based on true story (nama dan setting disamarkan)
          Jika ada kesamaan kisah dan kejadiaan, dikarenakan ada unsur kesengajaan :D :D :D :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar