Rabu, 07 November 2012

KalaKali

Judul  : Kala Kali
Penulis : Valiant Budi & Windy Ariestanty
Penerbit : Gagas Media
Cetakan pertama 2012



Aku merasa kembali menjadi balita, mengentak-entakkan kaki ke lantai sambil bertepuk-tepuk tangan gembira. Tidak ingin membuang-buang waktu, aku segera meniup lilin sambil berharap dalam hati akan ada lilin serupa untuk tahun depan, di atas sepotong kue yang dibawakan Ibu. AMIN
(Ramalan dari Desa Emas, Valiant Budi)

Setiap kali berulang tahun, aku semakin mendekati tempat asalku : ketiadaan. Ibuku bilang, dunia ini sendiri pun lahir dari ketiadaan. Karena lahir dariketiadaan, mengapa pula harus mencemaskan kehilangan? Ketiadaan itu meluaskan, kata Ibu, dan mempertemukan manusia dengan banyak hal, diantaranyan cinta.”Aku berharap bisa melindungimu dari patah hati. Tapi itu tak mungkin.”
(Bukan Cerita Cinta, Windy Ariestanty)

Kala Kali : Hanya Waktu yang Tak Pernah Terlambat adalah Gagas Duet, novella dari dua penulis kenamaan Gagas Media, Valiant Budi dan Windy Ariestanty. Keduanya mempersembahkan sebuah cerita yang bermain-main sekaligus memberi ruang pada waktu.
*** 

Salah satu motivasi saya membaca novel ini adalah terteranya nama Windy Ariestanty sebagai salah satu penulis novel ini. Tau donk, mbak Windy? Yups, mbak Windy adalah editor di Gagas Media. Jadilah saya menaruh ekspekstasi tinggi pada novel ini.  Meskipun novel ini merupakan proyek duet 2 penulis, namun antara cerita yang satu dengan yang lainnya terpisah, tidak saling berhubungan.

Cerita pertama ditulis oleh Valiant Budi, bercerita tentang seorang gadis bernama Keni Arladi yang sebentar lagi merayakan ulang tahunnya yang ke-18. Dia ingin merayakan ulang tahun sendirian. Desa Sawarna menjadi pilihannya untuk “mengasingkan” diri. Suatu ketika dia menyusuri sebuah goa dekat desa tersebut, malang baginya, ketika akan keluar dari goa tersebut, dia pingsan di dalam goa. Untung ada seorang bocah yang menolongnya. Bocah itu bukan bocah biasa, dia bisa meramal masa depan. Ketika siuman dari pingsannya, Keni mendengar bocah itu berkata padanya “Kakak akan mati sebelum 18 tahun.”

Meskipun berusaha untuk tidak percaya pada ramalan itu, tetap saja rasa was-was menghinggapi Keni. Dia pun memutuskan segera meninggalkan desa Sarwana menuju rumahnya, Jakarta. Dalam perjalanan menuju Jakarta ini lah Keni mengalami berbagai kejadian yang ‘menyenggol’ maut. Mulai dari peristiwa makanan beracun, tersesat di hutan, kecelakaan yang menimpa truk yang baru saja ditumpanginya, hingga peristiwa kebakaran di rumah temannya di mana Keni ada di dalam rumah itu ketika terjadi kebakaran. Entah karena beruntung, atau memang Keni masih diberi Tuhan kesempatan untuk mencapai usia 18 tahun, yang jelas dia selalu lolos dari maut ketika peristiwa-peristiwa tadi terjadi. Puncaknya adalah ketika ternyata Keni masih bisa merayakan ulang tahun bersama ibunya yang telah lama berpisah darinya. Keni sangat lega karena ramalan tersebut tidak terbukti. Namun kelegaan Keni langsung pupus ketika sebuah fakta mengejutkan keluar dari mulut ibunya.  Apa yang sebenarnya dikatakan oleh Ibu Keni? Benarkah usia Keni berhenti di angka 18?

Cerita kedua berkisah tentang  Akshara, Bima (pacar Akhsara) , Bumi, dan Koma. Akshara mempunyai pacar seorang pengacara. Saking sibuknya, si pacar seringkali tidak bisa hadir dalam acara-acara penting Akshara, termasuk pada acara launching novel terbaru Akshara, parahnya lagi Bima sama sekali belum pernah membaca satu pun novel Akshara.  Hal tersebut mengundang cibiran dari Bumi, sahabat Akhsara. Katanya pacar tapi kok kayak gitu (kurang lebih seperti itu kali yaa...).  Bumi juga menduga kalau sebenarnya Akhsara tidak benar-benar mencintai Bima. Akshara jelas tidak setuju dengan apa yang diutarakan Bumi. Akshara pun ganti mencibir Bumi yang masih saja sendiri karena masih terkurung pada masa lalunya.

Bahkan Akshara mengajak Bumi untuk bertaruh.  Akshara bertaruh di saat ulang tahunnya nanti, Akshara masih tetap berpacaran dengan Bima, dan menantang Bumi apakah Bumi bisa membawa pacar di saat ulang tahun Akshara yang tinggal beberapa bulan lagi.
Siapa yang menang dalam pertaruhan tersebut? Lalu siapakah Koma?

 

Yah kurang lebih begitulah dua cerita dalam novel Kala Kali (maap kalau sinopsisnya nggak bagus. Saya masih pemula...hehe).
Dari kedua cerita tersebut saya pribadi lebih suka yang pertama. Ide ceritanya nggak biasa, cara berceritanya asik, ngalir, jadi nggak sabar untuk segera membuka lembar berikutnya. Dengan jalan cerita yang nggak mudah ditebak plus twist  yang oke banget di akhir cerita membuat saya tersenyum sendiri bahkan setelah selesai baca ceritanya. Jempol deh buat Vabyo.

Sedangkan untuk cerita yang kedua, kalau menurut saya pribadi sih, agak jauh dari ekspektasi awal saya. Ide ceritanya biasa, ya meskipun dikemasnya lumayan menarik sih. Tapi entah kenapa saya kurang suka. Mungkin karena bahasanya lebih ‘berat’ kali ya (buat otak saya tertutama...hihi). Yang saya suka dari cerita kedua ini adalah kalimat-kalimat ‘cantik’ yang terselip di dalamnya. “Setahuku, kalau laki-laki sedang jatuh cinta, ia mendadak bisa mengatur apapun yang rumit demi bertemu pasangannya.” ; “Karena mengalami kehilangan adalah bagian dari kembali kepada menemukan.”
 O ya, saya juga suka bagian tebak-tebakan kata baku dan tidak baku. Lumayan untuk menambah wawasan ^^

Kalau dari segi cover, saya suka banget. Kesannya agak-agak misterius, seperti judulnya : Kala Kali.

Rating :  3.5 dari 5


Tidak ada komentar:

Posting Komentar