Setelah sekian lama tidak mewek, akhirnya semalam dan tadi pagi mewek lagi......hahaha....Dan meweknya lebih heboh dari mewek yang biasanya. Kalau biasanya mewek sunyi alias cuma diam dan ngluarin air mata, tadi pagi mewek kenceng deh, mumpung lagi di rumah sendirian. :p
Jadi kenapa mewek sampai mata bengkak kayak biji salak?
Dan cerita lama pun muncul kembali. Masih ingat postingan saya beberapa waktu lalu? Di situ saya bilang kalau akhirnyasaya yakin untuk menjadi guru SD. Tapi ketika kemarin saya pulang ke rumah dari Semarang, ketika orang tua saya dan adik saya yang sekarang kelas 3 SMA sedang berdiskusi ke mana adik saya nanti akan mendaftar kuliah, ingatan saya kembali ke kurang lebih 2.5 tahun yang lalu ketika saya juga akan mendaftar kuliah. Kala itu saya hanya diberi satu "anjuran" oleh orang tua saya : kuliah di PGSD. Titik. Keiginan saya untuk mendaftar di jurusan komunikasi sebagai pilihan pertama dan sastra Indonesia/Inggris sebagai pilihan kedua pun tidak didukung oleh keduanya, Dan sekarang? Kenapa ada banyak pilihan untuk adik saya? Ada kedokteran gigi, kebidanan, sastra Inggris, dan pilihan terakhir : PGSD.
Dan cerita lama pun muncul kembali. Masih ingat postingan saya beberapa waktu lalu? Di situ saya bilang kalau akhirnyasaya yakin untuk menjadi guru SD. Tapi ketika kemarin saya pulang ke rumah dari Semarang, ketika orang tua saya dan adik saya yang sekarang kelas 3 SMA sedang berdiskusi ke mana adik saya nanti akan mendaftar kuliah, ingatan saya kembali ke kurang lebih 2.5 tahun yang lalu ketika saya juga akan mendaftar kuliah. Kala itu saya hanya diberi satu "anjuran" oleh orang tua saya : kuliah di PGSD. Titik. Keiginan saya untuk mendaftar di jurusan komunikasi sebagai pilihan pertama dan sastra Indonesia/Inggris sebagai pilihan kedua pun tidak didukung oleh keduanya, Dan sekarang? Kenapa ada banyak pilihan untuk adik saya? Ada kedokteran gigi, kebidanan, sastra Inggris, dan pilihan terakhir : PGSD.
Dan dengan mendengar diskusi mereka itu, saya kembali galau dengan apa yang saya jalani sekarang ini (baca:kuliah di PGSD). Tiba-tiba saya kembali tidak yakin dengan yang saya jalani sekarang. Karena saya sekarang yakin kalau passion saya adalah di bidang media massa dan penerbitan buku. Segala hal yang berkaitan dengan proses terbitnya suatu majalah, surat kabar, tabloid ataupun segala sesuatu yang berhubungan dengan per-majalah-an, surat kabar, per-buku-an. Itu lah yang sebenarnya saya cintai. Menjadi editor, menjadi proofreader, menjadi jurnalis, menjadi bagian dari tim kreatif dan tim redaksi dari sebuah media.
Yang membuat saya menangis adalah kenapa dulu tidak ada dukungan yang diberikan kepada saya untuk melanjutkan kuliah di jurusan komunikasi ataupun sastra. Melainkan hanya memberi saya satu pilihan : PGSD. Bukan PGSD nya yang menjadi masalah, tapi PILIHAN nya. Kenapa saya tidak diijinkan MEMILIH apa yang saya CINTAI.
Dan puncaknya adalah tadi pagi. Setelah diawali mewek di malam hari, dilanjutkan mewek kenceng di pagi harinya, samai mata bengkak semua. Pengen banget marah, tapi marah ke siapa? Ke orang tua? Jelas tidak mungkin. Apapun yang mereka lakukan, saya yakin itu demi kebaikan saya. Meskipun mereka hanya memberi saya satu pilihan, tapi toh kala itu saya juga menyetujuinya. Dan saya sampai pada satu kesimpulan. Ini semua adalah salah saya. Kalau dulu saya benar-benar serius memperjuangkan apa yang saya inginkan, mungkin ......... mungkin ............ Sudahlah tidak ada gunanya membahas yang sudah berlalu dan tidak mungkin diubah lagi.
Satu pelajaran yang bisa saya ambil : kalau sudah tahu apa yang diinginkan, dan yakin memang itu yang terbaik, perjuangkanlah.
Btw, setelah puas nangis, sekarang sudah plong rasanya. Dan saya pikir tidak ada gunanya menangisi yang sudah terjadi. Yang saya perlukan sekarang adalah solusi. Bagaimana supaya saya tidak galau lagi dengan pilihan saya ini, karena bagaimanapun saya tidak bisa mundur lagi. Sekarang saya sudah kuliah di semester 6, itu berarti sudah separo perjalanan saya tempuh. Sudah banyak tenaga, pikiran, waktu, dan biaya yang keluar, jadi rasanya kurang bijaksana kalau saya harus mundur.
Saya pun bertanya pada diri saya sendiri : Kenapa tidak di serius-in aja semuanya? Seorang guru SD yang hebat sekaligus seorang penulis sekaligus seorang editor sekaligus seorang penerjemah. Memang tidak gampang. Bahkan sangat tidak gampang, menjalani semuanya bersamaan. Tapi kenapa tidak dicoba?
Jadi yang harus saya lakukan sekarang adalah berlapang dada, kuliah di PGSD dengan sungguh-sungguh supaya kelak bisa menjadi guru SD yang hebat dan inspiratif :D dan juga harus belajar mandiri mengenai dunia tulis menulis, sastra, dan juga tentang komunikasi di media massa. Karena impian terbesar saya adalah : memproduksi/menerbitkan majalah sendiri.
Semoga galau pagi tadi menjadi galau episode terakhir dari masalah ini. Karena sekarang saya sudah tahu apa yang harus saya lakukan dan arah mana yang akan saya tuju.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar