Judul : Kala Kali
Penulis : Valiant Budi & Windy Ariestanty
Penerbit : Gagas Media
Cetakan pertama 2012
Aku
merasa kembali menjadi balita, mengentak-entakkan kaki ke lantai sambil
bertepuk-tepuk tangan gembira. Tidak ingin membuang-buang waktu, aku segera
meniup lilin sambil berharap dalam hati akan ada lilin serupa untuk tahun
depan, di atas sepotong kue yang dibawakan Ibu. AMIN
(Ramalan
dari Desa Emas, Valiant Budi)
Setiap
kali berulang tahun, aku semakin mendekati tempat asalku : ketiadaan. Ibuku
bilang, dunia ini sendiri pun lahir dari ketiadaan. Karena lahir dariketiadaan,
mengapa pula harus mencemaskan kehilangan? Ketiadaan itu meluaskan, kata Ibu,
dan mempertemukan manusia dengan banyak hal, diantaranyan cinta.”Aku berharap
bisa melindungimu dari patah hati. Tapi itu tak mungkin.”
(Bukan
Cerita Cinta, Windy Ariestanty)
Kala
Kali : Hanya Waktu yang Tak Pernah Terlambat adalah Gagas Duet, novella dari
dua penulis kenamaan Gagas Media, Valiant Budi dan Windy Ariestanty. Keduanya
mempersembahkan sebuah cerita yang bermain-main sekaligus memberi ruang pada
waktu.
***
Salah
satu motivasi saya membaca novel ini adalah terteranya nama Windy Ariestanty
sebagai salah satu penulis novel ini. Tau donk, mbak Windy? Yups, mbak Windy
adalah editor di Gagas Media. Jadilah saya menaruh ekspekstasi tinggi pada
novel ini. Meskipun novel ini merupakan
proyek duet 2 penulis, namun antara cerita yang satu dengan yang lainnya
terpisah, tidak saling berhubungan.
Cerita
pertama ditulis oleh Valiant Budi, bercerita tentang seorang gadis bernama Keni
Arladi yang sebentar lagi merayakan ulang tahunnya yang ke-18. Dia ingin
merayakan ulang tahun sendirian. Desa Sawarna menjadi pilihannya untuk “mengasingkan”
diri. Suatu ketika dia menyusuri sebuah goa dekat desa tersebut, malang
baginya, ketika akan keluar dari goa tersebut, dia pingsan di dalam goa. Untung
ada seorang bocah yang menolongnya. Bocah itu bukan bocah biasa, dia bisa
meramal masa depan. Ketika siuman dari pingsannya, Keni mendengar bocah itu
berkata padanya “Kakak akan mati sebelum 18 tahun.”
Meskipun
berusaha untuk tidak percaya pada ramalan itu, tetap saja rasa was-was
menghinggapi Keni. Dia pun memutuskan segera meninggalkan desa Sarwana menuju
rumahnya, Jakarta. Dalam perjalanan menuju Jakarta ini lah Keni mengalami
berbagai kejadian yang ‘menyenggol’ maut. Mulai dari peristiwa makanan beracun,
tersesat di hutan, kecelakaan yang menimpa truk yang baru saja ditumpanginya,
hingga peristiwa kebakaran di rumah temannya di mana Keni ada di dalam rumah
itu ketika terjadi kebakaran. Entah karena beruntung, atau memang Keni masih
diberi Tuhan kesempatan untuk mencapai usia 18 tahun, yang jelas dia selalu
lolos dari maut ketika peristiwa-peristiwa tadi terjadi. Puncaknya adalah
ketika ternyata Keni masih bisa merayakan ulang tahun bersama ibunya yang telah
lama berpisah darinya. Keni sangat lega karena ramalan tersebut tidak terbukti.
Namun kelegaan Keni langsung pupus ketika sebuah fakta mengejutkan keluar dari mulut
ibunya. Apa yang sebenarnya dikatakan
oleh Ibu Keni? Benarkah usia Keni berhenti di angka 18?
Cerita
kedua berkisah tentang Akshara, Bima
(pacar Akhsara) , Bumi, dan Koma. Akshara mempunyai pacar seorang pengacara.
Saking sibuknya, si pacar seringkali tidak bisa hadir dalam acara-acara penting
Akshara, termasuk pada acara launching novel terbaru Akshara, parahnya lagi
Bima sama sekali belum pernah membaca satu pun novel Akshara. Hal tersebut mengundang cibiran dari Bumi,
sahabat Akhsara. Katanya pacar tapi kok kayak gitu (kurang lebih seperti itu
kali yaa...). Bumi juga menduga kalau
sebenarnya Akhsara tidak benar-benar mencintai Bima. Akshara jelas tidak setuju
dengan apa yang diutarakan Bumi. Akshara pun ganti mencibir Bumi yang masih
saja sendiri karena masih terkurung pada masa lalunya.
Bahkan
Akshara mengajak Bumi untuk bertaruh. Akshara bertaruh di saat ulang tahunnya nanti,
Akshara masih tetap berpacaran dengan Bima, dan menantang Bumi apakah Bumi bisa
membawa pacar di saat ulang tahun Akshara yang tinggal beberapa bulan lagi.
Siapa
yang menang dalam pertaruhan tersebut? Lalu siapakah Koma?
Yah
kurang lebih begitulah dua cerita dalam novel Kala Kali (maap kalau sinopsisnya
nggak bagus. Saya masih pemula...hehe).
Dari
kedua cerita tersebut saya pribadi lebih suka yang pertama. Ide ceritanya nggak
biasa, cara berceritanya asik, ngalir, jadi nggak sabar untuk segera membuka
lembar berikutnya. Dengan jalan cerita yang nggak mudah ditebak plus twist yang oke banget di akhir cerita membuat saya
tersenyum sendiri bahkan setelah selesai baca ceritanya. Jempol deh buat Vabyo.
Sedangkan
untuk cerita yang kedua, kalau menurut saya pribadi sih, agak jauh dari
ekspektasi awal saya. Ide ceritanya biasa, ya meskipun dikemasnya lumayan
menarik sih. Tapi entah kenapa saya kurang suka. Mungkin karena bahasanya lebih
‘berat’ kali ya (buat otak saya tertutama...hihi). Yang saya suka dari cerita
kedua ini adalah kalimat-kalimat ‘cantik’ yang terselip di dalamnya. “Setahuku,
kalau laki-laki sedang jatuh cinta, ia mendadak bisa mengatur apapun yang rumit
demi bertemu pasangannya.” ; “Karena mengalami kehilangan adalah bagian dari
kembali kepada menemukan.”
O ya, saya juga suka bagian tebak-tebakan kata
baku dan tidak baku. Lumayan untuk menambah wawasan ^^
Kalau
dari segi cover, saya suka banget. Kesannya agak-agak misterius, seperti
judulnya : Kala Kali.
Rating : 3.5 dari 5